Minggu, 23 Oktober 2011

Ahli Madya Pelaksana Sumber Daya Air


Bidang layanan profesi meliputi pekerjaan bendung dan jaringan irigasi.
Tenaga ahli madya bidang pelaksanaan pekerjaan sumber daya air selain mampu melaksanakan bidang keahlian pada ahli muda, diharuskan mampu melakukan bidang keahlian tambahan berupa kemampuan untuk
mengendalikan :
1. Pelaksanaan pekerjaan struktur beton bangunan air, meliputi :
1) Pekerjaan pembuatan bangunan bendung tetap dengan ketinggian > 4
meter
2) Pekerjaan pembuatan bangunan pengatur muka air
3) Perhitungan anggaran biaya struktur beton bangunan air.
2. Pelaksanaan pekerjaan struktur baja sederhana pada bangunan air,
meliputi :
1) Macam dan struktur baja pada bangunan air.
2) Pelaksanaan pekerjaan struktur baja pada bangunan air.
3) Perhitungan anggaran biaya struktur baja bangunan air.
3. Pelaksanaan jaringan irigasi serta kelengkapan saluran dan bangunan
( box tersier, kwarter )
4. Pelaksanaan pekerjaan pengamanan tanggul sungai

PELATIHAN dan SERTIFIKASI AHLI MADYA K3 KONSTRUKSI

 

TUJUAN

Memberi bekal Keahlian sehingga mampu bertindak sebagai penanggung jawab, melalui pelatihan yang intensif, pengetahuan yang mendalam dalam sertifikasi Ahli K3 Madya. Pelatihan ini didasari dengan Sistem Manajemen K3 0596 dan OHSAS 18001 yang merupakan Standar sistem manajemen K3 Implementasi SMK3 memerlukan SDM yang mempunyai pemahaman dan ahli dalam mengidentifikasi bahaya dan menilai risiko

II. MATERI

Materi pelat ihan yang akan disampaikan

meliputi sebagai berikut :

1. Undang-undang, Standar dan Peraturan K3

2. Manajemen Konstruksi

3. Pengetahuan Teknik Konstruksi

4. Pengetahuan Dasar K3

5. Manajemen dan Administrasi K3

6. K3 Pekerjaan Konstruksi

7. Manajemen Risiko

8. Manajemen Lingkungan

9. K3 Peralatan Konstruksi

10. Sistim Pemadaman Kebakaran

11. Kesiagaan dan Sistim Kebakaran

12. Kesiagaan dan Sistim Tanggap Darurat

13. Pengenalan Bahaya Radiasi dan Radio Aktif

14. Higiene Perusahaan dan Proyek

15. Manajemen Umum

16. K3 ruang Tertutup.

17. Manajemen Pelatihan dan Kompetensi K3

18. Komunikasi,Konsultasi dan Kesadaran K3

19. Pengetahuan Auditing K3

20. Observasi lapangan dan Penyusunan makalah

21. Seminar

22. Evaluasi Akhir

III. PESERTA

Pelatihan ini perlu diikuti para praktisi K3, Supervisor, Manajer dll. Dengan persyaratan Minimal Sarjana Muda / D3 di bidang Konstruksi.

IV. INSTRUKTUR

Instruktur yang akan memberikan pelat ihan adalah instruktur Senior dari Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta dari PT Prashetya Quality Yang berpengalaman

V. PENYELENGGARAAN

Pelatihan ini diselenggarakan oleh PT Prashetya Quality bekerjasama dengan Depnakertrans RI

VI. TEMPAT DAN TANGGAL PELATIHAN

Pelatihan ini akan diselenggarakan pada:

Tanggal : tentative

Tempat : TENTATIVE

VII. SERTIFIKAT

Kepada para peserta yang lulus diberikan sertifikat pelatihan Ahli Madya K3 Kontruksi serta Penunjukan Ahli K3 yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia.

VIII. BIAYA

Biaya Public Training : Rp 6.500.000,-( Enam juta lima ratus ribu rupiah) /orang Biaya belum termasuk biaya penginapan dan transport Peserta Untuk Inhouse Training hubungi Direct Call kami Ir Yoyok H Prasetyo Adi,Dipl.SM,MM 0818796768

IX. PEMBAYARAN

Biaya pembayaran pelatihan Ahli Madya K3 Kontruksi melalui transfer ke rec Mandiri 1260005226302 a/n PT Prashetya Quality.

X. PENDAFTARAN

Untuk mengikuti pelat ihan ini, kepada peserta agar mengisi Formulir Pendaftaran terlampir dan dikirimkan melalui Fax kepada alamat tersebut dibawah ini dengan melampirkan copy bukti transfer.

Kidung Madya Muter



BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Bali memiliki berbagai corak khasanah kesusastraan yang wujudnya beraneka ragam. Ada dalam bentuk sastra lisan dan sastra tulis yang antara lain ada di antaranya karya yang bermutu. Sehingga karya sastra tersebut perlu diketahui oleh berbagai pihak secara luas dalam masyarakat Bali.
Berkaitan dengan keberadaan karya sastra di Bali seperti diuraikan di atas, maka sewajarnyalah upaya pembinaan dan pelestarian kebudayaan Bali sebagai salah satu usaha mempertahankan dan mengembangkan identitas Bali sebagai salah satu sisi sosial budaya yang sampai saat ini masih menjadi tumpuan dalam proses modernisasi. Oleh karena itu, tercatat sejak Pelita II 1970-an pemerintah mulai lebih memperhatikan kajian aspek sosial budaya daerah melalui berbagai jaringan yang memungkinkan. Sosial budaya Bali dapat dikaji melalui Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Bali, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah, Pusat Penelitian Universitas Udayana, dan sebagainya. Salah satu karya sastra yang dianggap rumit oleh masyarakat adalah kidung Kidung Madya Muter dari Padma Angalayang Berdaun 16.

1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut diatas, maka dapat kami uraikan rumusan masalah sebagai berikut :
1) Bagaimana lambang daripada teks dalam kidung Madia Muter ?
2) Bagaimana cara-cara membaca daripada teks dalam kidung Madia Muter ?
3) Bagaimana transkripsi dan terjemahan kidung Madia Muter ?

1.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Paper ini bertujuan mengungkapkan nilai-nilai budaya Bali yang terkandung
di dalamnya dengan memantapkan pembinaan dan pengembangan kebudayaan Bali.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus penellitian ini bertujuan untuk :
1) Mengetahui lambang, bentuk, dan sruktur Kidung Madya Muter.
2) Mengetahui cara membaca Kidung Madya Muter.
3) Menambah pengetahuan mengenai terjemahan Kidung Madya Muter.
4) Melengkapi tugas semester matakuliah Pengantar Sejarah Bali.

1.4 Metode Penulisan
Dalam paper ini penulis menggunakan metode studi pustaka. Dalam arti mencari data dari berbagai sumber pustaka yang berkaitan dengan topik penulisan, buku yang dipergunakan adalah buku yang sah dan tidak dilarang peredarannya.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Anak Agung Istri Biang Agung Sebagai Pencipta Kidung Madya Muter
Anak Agung Istri Biang Agung adalah seorang pengawi yang berhasil menciptakan karya spektakuler yaitu kidung Madya Muter. Kidung ini beliau buat sebagai landasan dasar atau utama dalam usahanya mendekatkan diri kepada Tuhan pujaannya. Guna mendukung ide yang berorientasi pada tujuan mistik dan jalan keindahan seperti telah diuraikan di depan, maka pengarang menggunakan bentuk syair kidung dan macapat. Kedua bentuk syair ini dilihat oleh sistem persajakan, jumlah suku kata dalam tiap baris dan tiap baris dalam setiap bait yang semua hal ini diistilahkan pada lingga dalam sastra tradisional di Bali.
Keberhasilan serta kompleksitas ide seperti itu rupanya menghendaki pengarang agar mengindahkan lambang lainnya untuk keserasian, antara lain memunculkan bentuk hiasan gambar yang melambangkan dua konsep dasar, yaitu konsep keindahan dan konsep kesucian. Sehubungan dengan hal tersebut, kemampuan pengarang tidak diragukan lagi karena telah berhasil merakit kedua konsep secara cermat dan padu sehingga melahirkan karya sastra yang bermutu tinggi.
Hiasan gambar dalam sastra yatra Anak Agung Istri Biang Agung tampak serasi dan tersusun rapi. Pada gambar pertama digambarkan lambanng sebuah ilustrasi berwujud seorang dewi dengan tangan kiri menggenggam sekuntum bunga pudak (pandanus moscha) yang sedang mekar. Dewi itu berdiri tegak dan kedua kakinya tepat menginjak sari bunga teratai.
Gambar seorang di lembar pertama (bagian luar kulit karyanya) betul-betul berperan sebagai ilustrasi lepas yang secara jelas tampak tanpa teks. Akan tetapi, barangkali gambar ini merupakan kristalisasi atas seluruh ide pengarang yang tertuang dalam gambar-gambar berikutnya. Untuk memahami lebih tuntas dan menyeluruh atas sesuatu yang tersurat dan tersirat di dalam karya sastra ini, maka sangat diperlukan penafsiran-penafsiran khusus berdasarkan studi tertentu, antara lain melalui studi perbandingan.
Sub judul di atas mengisyaratkan bahwa pokok bahasan bagian ini adalah lambang yang dibentuk sedemikian rupa sehingga wacana dalm komposisi bait dalam kidung bait macepat dapat digelar secara sanrat mudah yang mewarnai ciri khas identitas karya sastra ini. Perpaduan berbagai sistem lambanng bahasa (dengan permainan bunyi), sistem aksara (permainan suku kata), sistem gambar (dengan permainan garis, kontar, komposisi, dan pola) menambah pesona yang menakjubkan penikmat seni sastra.
Media gambar yang terdapat di dalam karya sastra ini terdapat lima macam lambang, yaitu bulan, bungapadma, burung merak, burung pungguk, dan bunga pundak. Jumlah gambar yang berteks sebanyak 59 buah dan angka ini menunjukkan jumlah bait syair kidung serta macepat. Dengan demikian, setidak-tidaknya terdapat lima macam wadah untuk menampung wujud syair dengan pola pupuh yang menggunakan lingsa berbeda sesuai dengan karakteristik bentuknya masing-masing. Karena pada lingsa menuntut corak tertentu di dalam sebuah bait syair, maka hal ini mengakibatkan bentuk gambar lambanng bervariasi sesuai dengan karakteristik pupuh yang dituangkan di dalam gambar tersebut.
Pemakaian gambar padma paling banyak dan banyak pula jumlah bilit yang tertuang di dalam gambar padma itu. Oleh karena it, wajar pula gambar padma yang paling berkembang wujud variasinya karena pengaruh berbagai faktor jenis pupuh yang diwadahinya. Variasi padma yang dimaksud terdapat dalam tipe daunnya, corakm susunannya berlapis-lapis, dan kombinasinya dengan gambar lambang lain seperti tampak pada perpaduan gambar lambang padam dalam lingkaran bulan.
Penembangan variasi bentuk dengan pola susunan daun seperti itu, antara lain disebabkan oleh faktor tuntutan pada lingsa dalam sebuah pupuh, baik yang terdapat di dalam syair kidung maupun yang terdapat di dalam syair macepat. Jumlah baris dalam setiap baitnya tampak jelas mengisi bagian gambar, berupa bilah (helai), daun bunga padma, dan helai bulu ekor pada burung. Begitu pula pada bagian lainnya.
Pemuatan aksara dengan sistem suku kata menggunakan alur melingkar yang berpusat di tengah-tengah. Pada bunga padma tampak pemuatan aksara dituangkan dalam bentuk lingkaran penuh dan bagian sarinya berpusat di tengahnya. Pada bagian sari ini hanya diisi satu huruf yang menyatakan sebuah suku kata, sedangkan pada bilah daun bunga tampak bervariasi sesuai dengan tuntutan baris dan tuntutan sejenisnya dalam sebuah bangun syair. Sebuah huruf yang terletak di tengah-tengah (pada bagian sari padma) mampu bermultiperan. Maksudnya, huruf itu selalu digunakan sebagai suku kata awal setiap kata dalam baris yang terdapat pada sebuah pupuh bersangkutan. Di samping itu, kemultiperanan huruf itu tampak pula dalam gambar burung, yaitu berperan sama seperti di atas selain ada yang berperan suku akhir setiap pupuh.